Pekat malam hujan
Bercakaran pohon dahan
Angkara bedilan taufan.
Aku sejuk
Kurang lena menahan batuk
Tingkap diketuk-ketuk
Oleh titis hujan yang sering menumbuk.
Aku dingin
Kulit ku disapa kecilnya angin
Bulan tidak kelihatan
Malam ini tampak gagahnya awan
Seperti kelamnya hati ini
Tanpa selimut di sisi.
27 October, 2015
23 October, 2015
Menebar Cela
Mencela diri sendiri
Itu resmi manusia yang tak bisa berdiri
Aku sedang mencela diri
Bukan kerana tak bisa berdiri
Tapi
Aku sudah tidak punya kaki.
Kaki aku dimamah anai anai kelakian
Anai anai yang lahir dari tangan pendosa yang bersendirian.
Mencela terus
Lantas diri tidak terurus
Satu saat aku sadar
Apa guna aku terus menebar?
Menambah dosa yang sedia ada tanpa sedar?
Lalu aku meminta ampun pada orang tua
Kerana diri ini yang aku cela selama ini
Lahir dari cinta dua hati
Tercipta dan dicipta untuk yang satu
Tuhan-ku.
Itu resmi manusia yang tak bisa berdiri
Aku sedang mencela diri
Bukan kerana tak bisa berdiri
Tapi
Aku sudah tidak punya kaki.
Kaki aku dimamah anai anai kelakian
Anai anai yang lahir dari tangan pendosa yang bersendirian.
Mencela terus
Lantas diri tidak terurus
Satu saat aku sadar
Apa guna aku terus menebar?
Menambah dosa yang sedia ada tanpa sedar?
Lalu aku meminta ampun pada orang tua
Kerana diri ini yang aku cela selama ini
Lahir dari cinta dua hati
Tercipta dan dicipta untuk yang satu
Tuhan-ku.
Langit Rindu
Dalamnya rindu
Seperti pantai rindukan badai di musim tengkujuh
Peritnya rindu
Seperti tali biola yang dahaga digesek
Melahirkan melodi rambang indah
Kalau ku mampu tahan rindu ini
Tak pula ku mampu mengarang bait ini
Dia yang aku rindu
Mungkin sedang mengait kesedihan
Mungkin sedang menganyam kenangan
Mungkin sedang menenun kasih
Tika ini
Aku muflis tindakan
Tak terdaya nak bikin apa apa
Selain merindu dia yang sedang dalam dakapan kesedihan
Kenangan demi kenangan datang segerombolan
Menerjah langit rindu ku
Semoga dia di sana baik baik saja
Dan aku di sini bermunajat
Agar rindu ini sampai dalam lena dan doanya.
Seperti pantai rindukan badai di musim tengkujuh
Peritnya rindu
Seperti tali biola yang dahaga digesek
Melahirkan melodi rambang indah
Kalau ku mampu tahan rindu ini
Tak pula ku mampu mengarang bait ini
Dia yang aku rindu
Mungkin sedang mengait kesedihan
Mungkin sedang menganyam kenangan
Mungkin sedang menenun kasih
Tika ini
Aku muflis tindakan
Tak terdaya nak bikin apa apa
Selain merindu dia yang sedang dalam dakapan kesedihan
Kenangan demi kenangan datang segerombolan
Menerjah langit rindu ku
Semoga dia di sana baik baik saja
Dan aku di sini bermunajat
Agar rindu ini sampai dalam lena dan doanya.
Subscribe to:
Comments (Atom)
Blog Design by Gisele Jaquenod
